Ekonomi Mikro: Definisi, Fungsi, dan Kurva Permintaan (Demand) - Vorzil

Ekonomi Mikro: Definisi, Fungsi, dan Kurva Permintaan (Demand)

Materi Kuliah Ekonomi Mikro - Roliyan.com

Definisi Permintaan Barang

Permintaan (demand) suatu barang adalah jumlah barang yang akan dibeli oleh individu pada berbagai tingkat harga, dalam jangka waktu tertentu. Asumsi dasar teori ini yakni hal-hal lain ada lah konstan (ceteris paribus). Sebagai faktor penentu jumlah barang yang diminta sesuai dengan definisi tersebut adalah tingkat harga, dan berarti pula bahwa individu harus memiliki sejumlah uang atau pendapatan agar dapat membeli barang tersebut. Dengan demikian permintaan yang dimaksud disini adalah permintaan yang didukung oleh pendapatan.

Daftar Permintaan Barang

Daftar permintaan individu terhadap suatu barang merupakan catatan informasi atau data yang disusun terkait dengan rencana pembelian barang tersebut. Sebagai contoh lihat data pembelian beras dan gula pasir, yang disajikan dalam Tabel 4. 

Tabel 4. Pembelian Beras Dan Gula Pasir Individu

Daftar pembelian beras dan gula pasir pada Tabel 4 memberi informasi bahwa harga barang tersebut naik, ternyata jumlah barang yang dibeli oleh individu menurun.

Kurva Permintaan Barang 

Kurva permintaan individu untuk suatu barang adalah sebuah garis kontinyu (tidak putus-putus) yang menunjukkan hasil kom binasi dari jumlah barang yang dibeli/diminta dengan tingkat harga yang dibayar oleh individu tersebut, yang digambar pada sebuah bidang datar. 

Kombinasi dari pasangan variabel jumlah barang yang diminta dengan variabel tingkat harga barang ini, dapat membentuk sebuah garis yang disebut dengan kurva permintaan sebuah barang.

Gambar 14. Kurva Permintaan Beras C4
Keterangan: 
Kurva permintaan beras d (demand) dibentuk berdasarkan data daftar permintaan beras C4 pada Tabel 4. 
Kurva “d“ adalah dengan arah slope negatif.

Kurva d menunjukkan permintaan beras C4. Kurva permintaan beras C4 memiliki slope negatif dan turun dari kiri atas ke kanan bawah. Kurva permintaan ini mendeskrispsikan hubungan antara jumlah beras yang diminta pada berbagai tingkat harga, dan dari data dapat dijelaskan yakni pada tingkat harga beras rendah jumlah yang diminta lebih banyak dibandingkan dengan pada tingkat harga yang lebih tinggi. Ini berarti semakin mahal harga beras maka individu akan membeli beras semakin berkurang. 

Bentuk-Bentuk Kurva Permintaan Barang 

Bentuk kurva permintaan suatu barang dapat beragama, secara matematika tergantung pada pendekatan garis yang akan digunakan. Secara garis besarnya, pendekatan garis yang digunakan adalah garis yang kontinyu (tidak putus-putus) dan terdiri dari garis lurus (linear) garis tidak lurus (non linear)

Gambar 15. Beragama Bentuk Kurva Permintaan Barang
Keterangan: 
Kurva permintaan “d1” adalah garis lurus. 
Kurva permintaan “d2” adalah garis tidak lurus/meleng kung.
Slope dari d1 dan d2 adalah negatif.

Untuk dapat menggambar sebuah kurva permintaan barang pada bidang datar, disini digunakan dua variabel yakni variabel jumlah barang yang diminta sebagai variabel terikat (dependent) dan variabel tingkat harga sebagai variabel tidak terikat atau bebas (independent). Variabel jumlah barang yang diminta dicantumkan pada sumbu horizontal dan variabel tingkat harga barang dicantumkan pada sumbu vertikal. Pada prinsipnya walaupun bentuk kedua kurva permintaan berbeda seperti d1 dan d2 pada Gambar 15, tetapi syaratan sebuah kurva permintaan adalah tetap terpenuhi. Yakni kurva d ber-slope negatif atau pendeskripsian garisnya turun dari kiri atas ke kanan bawah.


Keterangan Gambar 16 dan Gambar 17: 1) 
1) Pada kurva permintaan d1: slope di titik A sama dengan slope di titik B, atau dikatakan kurva permintaan d1 ber-slope konstan. 
2) Pada kurva permintaan d2:slope di titik A tidaka sama dengan slope di titik B, atau kurva permintaan d2 ber-slope tidak konstan.

Pada kurva permintaan barang d1, memiliki slope garis yang konstan di setiap tingkat harga yang berbeda. Artinya pada tingkat harga yang rendah maupun pada tingkat harga yang tinggi, slope garisnya sama. Atau dikatakan bahwa pada berbagai tingkat harga, perbandingan perubahan (∆) tingkat harga terhadap perubahan (∆) jumlah barang yang diminta adalah bernilai konstan. Sedangkan untuk kurva permintaan d2, juga memiliki slope garis negatif, tetapi nilai slope di setiap tingkat harga tidak konstan. 

Hukum Permintaan Barang

Pola perkembangan data tingkat harga barang dan jumlah barang yang diminta, terlihat berlawanan arah. Harga barang pola perkembangannya meningkat tetapi pola perkembangan jumlah barang yang diminta nampak sebaliknya yaitu menurun. Jadi, antara tingkat harga barang dengan jumlah barang yang diminta oleh Gambar 16. Gambar 17. Kurva Permintaan d1 Kurva Permintaan d2 Harga (Rp/Kg) Harga (Rp/Kg) Pa A Pa A d1 d2 Pb B Pb B 0 Qa Qb 0 Qa Qb Jumlah Barang (Kg/Bln) Jumlah Barang (Kg/Bln) Keterangan Gambar 16 dan Gambar 17: 1) Pada kurva permintaan d1: slope di titik A sama dengan slope di titik B, atau dikatakan kurva permintaan d1 ber-slope konstan. 2) Pada kurva permintaan d2:slope di titik A tidaka sama dengan slope di titik B, atau kurva permintaan d2 ber-slope tidak konstan. 54 individu, arah perkembangannya memiliki pola yang berlawanan. Pola hubungan variabel harga barang dan jumlah barang yang diminta, dalam teori ekonomi dinyatakan dalam hukum permintaan (law of demand), yang berbunyi sebagai berikut: “semakin tinggi tingkat harga suatu barang maka jumlah barang yang diminta semakin berkurang”, dengan asumsi hal-hal lain dianggap konstan (ceteris paribus)

Contoh, pada tingkat harga beras yang lebih murah yakni Rp 3.000,-/Kg jumlah beras yang dibeli adalah 10 Kg/bulan. Kemudian, pada harga yang lebih mahal Rp 3.150,-/Kg individu membeli beras sebanyak 3 Kg/bulan.

Pergeseran Kurva Permintaan Barang 

Hukum permintaan barang dinyatakan berlaku jika diasumsi kan, bahwa ada faktor lain selain dari tingkat harga barang adalah konstan (ceteris paribus). Dalam dunia nyata, diketahui banyak variabel yang dianggap konstan dibawah asumsi tersebut senyata nya tidalah konstan atau sering mengalami perubahan setiap jangka waktu tertentu, yakni bisa sehari, seminggu dan sebagainya. Contoh, variabel ekonomi yang sering mengalami perubahan, adalah pendapatan, selera, harga barang lain, ekspektasi pembeli.

Akibat tidak berlakunya asumsi dasar tersebut di atas, maka diperkirakan akan terjadi perubahan permintaan suatu barang. Dengan kata lain, akan terjadi pergeseran sejajar dari sebuah kurva permintaan barang, dimana pergeseran kurva permintaan tersebut bisa sejajar ke kiri atau bisa juga bergeser sejajar ke kanan

Contoh, jika variabel ekonomi seperti pendapatan individu naik karena sesuatu sebab, maka kurva permintaan barang X dari individu tersebut akan bergeser sejajar ke arah kanan. Sebaliknya, jika pendapatan individu mengalami penurunan tajam karena sesuatu sebab, maka kurva permintaan barang X dari individu tersebut akan bergeser sejajar ke sebelah kiri. Pergeseran sejajar kurva permintaan barang ke kiri maupun ke kanan, dijelaskan melalui Gambar 18. 

Gambar 18. Pergeseran Kurva Permintaan Barang X
Keterangan: 
d = kurva permintaan awal 
d1= kurva permintaan setelah pendapatan turun 
d2 = kurva permintaan naik 
d//d1 dan d// d2 // = notasi sejajar

Catatan, bahwa sebenarnya penurunan permintaan suatu barang dan atau kenaikan permintaan suatu barang, dipengaruhi oleh banyak faktor baik itu faktor ekonomi maupun faktor non ekonomi.

Faktor-Faktor Penentu Permintaan Barang 

Beberapa faktor yang menentukan terjadinya perubahan permintaan suatu barang dan menyebabkan terjadinya pergeseran kurva permintaan barang tersebut, yakni; pendapatan individu, harga barang lain (harga barang pengganti , harga barang komplementer), ekspektasi, selera, dan lain-lain, seperti disajikan dalam Tabel 5.

Pendapatan seseorang dapat berubah naik atau turun secara drastis, karena berbegai faktor yang tidak bisa diduga sebelumnya. Contoh, pendapatan petani padi yang mengalami gagal total karena tanaman padinya dilanda banjir, pendapatan karyawan sebuah perusahaan yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) karena perusahaan tempat kerja karyawan tersebut bangkrut, dan lain-lain.

Harga barang pengganti atau barang komplementer sering berubah drastis (naik atau turun), karena berbagai faktor penyebab. Contoh, harga minyak tanah dapat melonjak tinggi per liternya karena permintaan dunia dan biaya eksploitasinya yang tinggi. Kenaikan harga minyak tanah ternyata sangat mempengaruhi permintaan harga barang pengganti maupun barang komplementernya, seperti kayu bakar sebagai pengganti minyak tanah, juga menjatuhkan harga kompor yang menggunakan minyak tanah, dan sebagainya.

Ekspektasi seseorang ikut menentukan perubahan permintaan suatu barang. Misalnya pada masa krisis ekonomi berkepanjangan yang menyebabkan banyak perusahaan yang bangkut, pailit. Kondisi seperti ini menyebabkan harapan investor untuk menanamkan modal semakin berkurang dimasa-masa yang akan datang. Kondisi ini tentu akan berpengaruh keras terhadap permintaan saham di pasar bursa efek, dan permintaan saham bisa anjlok tajam

Selera masyarakat juga dapat berubah drastis pada kondisi tertentu. Contoh, tersebarnya berita di mass media tentang merebak nya flu burung, makanan camilan, susu dan lain-lain, yang mengandung zat kimia beracun, mengandung bahan pengawet formalin yang dapat menyebabkan kanker. Semua berita seperti itu dapat mempengaruhi selera konsumen dalam pembelian barang-barang tersebut, ada yang mengurangi bahkan ada yang sama sekali tidak mau membeli lagi barang yang sejenis. Oleh karena itu, permintaan barang yang tercemar zat kimia beracun seperti itu, dalam waktu singkat akan anjlok. 

Dampak dari faktor yang menentukan permintaan berbagai jenis barang seperti yang dijelaskan di atas, secara konsep teori ekonomi dapat menggeser kurva permintaan barang masing-masing. Ada yang mampu menggeser kurva permintaan barang tersebut ke kiri atau ke kanan, namun pergeserannya adalah sejajar. Untuk melihat dampak dari perubahan permintaan akibat dari perubahan faktor-faktor penyebabnya, disajikan dalam Tabel 5.

Tabel 5. Faktor-Faktor Penentu Pergeseran Kurva Permintaan

Permintaan Dan Jumlah Permintaan Barang Beberpa faktor ekonomi dan non ekonomi sebagai faktor penentu yang mempengaruhi terjadinya permintaan barang, seperti telah disebutkan pada Tabel 5. Akan tetapi, pengaruh dari masing-masing faktor penentu terhadap permintaan suatu barang, akan terlihat berbeda-beda, bila ditilik dari masing-masing variabel. Faktorfaktor seperti pendapatan, harga barang lain, ekspektasi, sele ra konsumen, jumlah pembeli, jelas sekali mempengaruhi permintaan suatu barang dan diketahui mengakibatkan terjadinya pergeseran sejajar kurva permintaan barang tersebut ke kiri atau ke kanan. Ini berarti, variabel penentu pergeseran kurva permintaan secara langsung dapat mempengaruhi jumlah dan harga barang yang diminta secara bersamaan.

Sedangkan, terjadinya perubahan harga suatu barang dapat menyebabkan terjadinya perubahan jumlah barang yang diminta. Perubahan harga barang ternyata menyebabkan terjadinya pergeseran di sepanjang satu kurva permintaan saja dan tidak menyebabkan terjadinya pergeseran sejajar dari kurva permintaan barangnya.

Fungsi Permintaan Barang 

Menurut Leon Walras seorang ekonom dari Swiss yang ter kenal pada abad ke19, menyebutkan bahwa permintaan suatu barang dipengaruhi oleh banyak faktor. Oleh karena itu, fungsi permintaan suatu jenis barang dapat ditulis dengan menggunakan dua pendekatan fungsi, pertama pendekatan fungsi garis lurus (linear), dan kedua dengan bentuk garis tidak lurus (non linear).

Bentuk umum fungsi permintaan garis luru dan non garis lurus ditulis sebagai berikut: 
Q = f (P, Y, E, Hl, S, ……dsb), 

dimana: 
Q = jumlah barang yang diminta. 
P = harga barang bersangkutan. 
Y = pendapatan konsumen. 
E = ekspektasi konsumen 
Hl = harga barang (substitusi dan komplemeter). 
S = selera, dan sebagainya.  
Fungsi permintaan suatu barang adalah sebuah persamaan yang menunjukkan hubungan yang saling mempengaruhi antara jumlah barang yang diminta dengan tingkat harga barang bersangkutan dan faktor-fakor lainnya diasumsikan konstan.

Kemudian Alfred Marshall seorang ekonom berkebangsaan Inggris yang hidup sekitar tahun 1842 – 1924, menyatakan bahwa permintaan suatu barang adalah dipengaruhi oleh harga barang bersangkutan dan mengasumsikan faktor-faktor lain selain harga barang tersebut adalah konstan (ceteris paribus). Sehingga fungsi permintaan suatu barang ditulis sebagai berikut: 
Q=f (P)…….Ceteris Paribus

Fungsi Permintaan Barang – Bentuk Garis Lurus 

Dalam bentuk fungsi permintaan garis lurus, persamaannya ditulis: 
Q = f (P) 
Q = a-b P

dimana : 
Q=jumlah barang yang diminta. 
P=harga barang bersangkutan. 
a dan b masing-masing sebuah bilangan konstan. 

Contoh Analisis Fungsi Permintaan TV – Garis Lurus

Q = f (P) 
Q = a - b P 
Q = 10 - ¼ P
  1. Nilai a=10 artinya bahwa pada tingkat harga P=0 (harga TV nya gratis), maka seseorang bersedia meminta barang tersebut dengan gratis.
  2. Nilai b=- ¼, ini artinya perbandingan perubahan jumlah barang yang diminta terhadap perubahan tingkat harga adalah sebesar ¼. Selanjutnya, jika tingkat harga barang mengalami perubahan naik 1 %, maka akan menyebabkan terjadinya perubahan turun dari jumlah barang yang diminta sebesar ¼ %. Atau dapat dibalik jika tingkat harga barang mengalami peru bahan, turun 1 %, maka akan menyebabkan terjadinya perubahan, naik, dari jumlah barang yang diminta sebesar ¼ %.

Kurva Permintaan TV – Garis Lurus

Gambar 19. Kurva Permintaan Garis Lurus
Keterangan: 
Fungsi Permintaan: Q=10 - ¼ P 
Pada sumbu horizontal Q=Jumlah barang.
 Pada sumbu vertikal P= Harga Barang. 

Umpamakan: 
P=40, Q=10 – ¼ 40 
Q=0 

P=20, Q=10 – ¼ 20 
Q=5 

P=0, Q=10 – ¼ 0 Q= 10

Skedul Permintaan TV:

Fungsi Permintaan Barang – Bentuk Non Garis Lurus 

Ada banyak bentuk fungsi permintaan barang yang bukan garis lurus (non-linier). Dalam bagian berikut hanya diberikan contoh dalam bentuk fungsi permintaan parabola saja

# Fungsi permintaan barang – fungsi parabola 

Bentuk persamaan umum fungsi parabola dinyatakan dengan:
dimana: 
Q=jumlah barang yang diminta. 
P=harga barang bersangkutan. 
Dan: a,b, c = masing-masing sebuah bilangan konstan. 

Contoh Analisis Permintaan Laptop Merek X

Untuk mengetahui nilai puncak dari parabola tersebut, maka dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Rumus:

Kurva Permintaan Laptop Merek X – Fungsi Parabola

Gambar 20. Kurva Permintaan Parabola

Penyelesaian Fungsi Permintaan Laptop Merek X:

Skedul Permintaan TV:

1.b) Contoh Analisis Permintaan komputer Y.
Kurva Permintaan Komputer Y – Fungsi Parabola

Gambar 21. Kurva Permintaan Parabola

Penyelesaian Fungsi Permintaan Komputer Y:

Fungsi:

Jadi puncak parabola ada di: 
(Q–16)=0         Q=16 
(P+2)=0           P= - 2

Selanjutnya diumpamakan: Jika: P=0 
maka:

Skedul Permintaan Koputer Y:


Pergeseran Sejajar Fungsi Permintaan Barang 

Kenyataan yang sering dijumpai dalam kegiatan ekonomi masyarakat bahwa faktor-faktor ekonomi dan non ekonomi indivi du, seperti harga barang, pendapatan, ekspektasi, selera, harga barang substitusi, harga barang komplementer, kenaikan pajak per unit barang dan lain-lain, sering mengalami berfluktuasi dari waktu ke waktu. Bila kondisi tersebut benar-benar terjadi maka faktor citeris paribus yang menjadi asumsi dasar dalam hukum permintaan suatu barang, sekarang tidak berlaku lagi. Akibat dari tidak berlakunya asumsi dasar tersebut, adalah bahwa kurva permintaan suatu barang akan mengalami perubahan tidak saja di sepanjang kurva permintaannya, tetapi juga seluruh kurva permintaan barang ini akan bergeser ke kiri atau ke kanan dalam posisi yang sejajar. Pergeseran kurva permintaan barang yang sejajar dijelaskan dengan bantuan perubahan bentuk fungsi permintaan barang dari d ke d1 seperti yang disajikan pada Gambar 22. Dalam penjelasan ini diasumsikan bahwa harga barang tersebut adalah konstan. Kondisi fungsi permintaan mulamula yang dinyatakan dengan kurva permintaan, d dengan bentuk turun dari kiri atas ke kanan bawah.

Gambar 22. Kurva Permintaan Bergeser Sejajar


Jika pendapatan individu naik maka pada setiap tingkatan harga barang yang sama, jumlah permintaan barang tersebut menjadi bertambah. Dengan kata lain, disini terjadi pergeseran permintaan barang dari kurva permintaan d ke d1, dimana d dan d1 berada dalam posisi sejajar.

Tabel 6. Jumlah Permintaan Dan Harga Premium
Keterangan: 
  • Fungsi permintaan mula-mula sebelum pendapatan individu naik dinyatakan dengan Q=10 – ½ P. Sedangkan, fungsi permintaan setelah pendapatannya naik dinyatakan dengan Q=16 – ½ P. 
  • Pendapatan individu dinyatakan naik, tetapi pada tingkat harga Premium yang sama misalnya Rp 3.000 /liter jumlah permintaan Premium sebelum pendapatan naik adalah sebesar 7,5 liter/hari. Sedangkan, setelah pendapatan naik jumlah permintaan Premium menjadi naik yaitu sebamyak 14,5 liter/hari. 
Jadi, pada tingkat harga yang sama, yakni pada P, jumlah barang yang diminta pada kurva permintaan d dan d1 akan berbeda. Lihat pada Gambar 22 pada tingkat harga setinggi P jumlah barang yang diminta pada kurva permintaan d sebanyak Q, dan jumlah yang diminta pada kurva permintaan d1 sebesar Q1 ,dimana disini diketahui Q1 > Q. Bila penjelasan di atas diilustrasikan dengan menggunakan data, maka akan nampak hasilnya seperti yang disajikan pada Tabel 6 yang terkait dengan contoh permintaan bahan bakar Premium. 

Permintaan Pasar Barang 

Permintaan pasar adalah total dari seluruh permintaan barang yang sejenis dari seluruh individu, pada tingkat harga barang yang sama dan dalam waktu tertentu. Untuk lebih mudah memahami pengertian permintaan pasar akan suatu barang, dalam perekonomian dianggap hanya ada tiga pelaku kegiatan ekonomi, yaitu individu I, individu II dan individu III. Jumlah permintaan masing-masing individu dinyatakan dengan data pada Tabel 7.

Tabel 7. Permintaan Pasar Minyak Tanah

Pada tingkat harga minyak tanah yang sama, misalnya Rp 600/liter , jumlah permintaan masing-masing individu adalah 25 liter/hari untuk individu I, 30 liter/hari untuk individu II 44 liter/hari untuk individu III. Sehingga total permintaan pasar untuk bahan bakar minyak tanah ini, pada tingkat harga yang sama yakni Rp 600/liter, menjadi sebesar: (25+30+44) liter/hari=99 liter/hari. Dengan cara yang sama, dilakukan untuk setiap tingkatan harga yang berbeda-beda, dan akhirnya dari seluruh tingkatan harga tersebut, akan diketahui permintaan pasar untuk barang tersebut. Dan perhitungannya total permintaan pasar, ditunjukkan melalui data Tabel 7, kolom 5.

Dengan menggunakan total penjumlahan permintaan barang dari keseluruhan individu, selanjutnya dapat dibentuk sebuah kurva permintaan pasar dari barang bersangkutan. Kurva permintaan pasar untuk minyak tanah dideskripsikan pada Gambar 23.

Kebijakan pemerintah yang banyak diarahkan untuk kegiatan industri adalah kebijakan pengenaan pajak dan kebijakan pemberian subsidi atas barang yang diproduksi. Kebijakan tersebut mem punyai dampak berbeda terhadap produksi barang yang dihasilkan industri. Pajak berpengaruh menurunkan jumlah barang yang diproduksi industri, sebaliknya subsidi berpengaruh meningkatkan jumlah produksi suatu industri. Pembahasan pengaruh kebijakan pemerintah atas kegiatan industri, diurut sebagai berikut permintaan barang dengan kebijakan subsidi, permintaan barang dan kebijakan pajak per unit barang, kemudian permintaan barang. 

(1) Permintaan Barang – Kebijakan Subsidi 
Kebijakan subsidi mempengaruhi permintaan suatu barang, dan jika pemerintah memberikan subsidi kepada konsumen maka konsumen akan meningkatkan jumlah permintaan karena tingkat harga naik. Sebaliknya, jika pemerintah mengurangi subsidi kepada konsumen, maka jumlah permintaan barang akan turun karena tingkat harga naik. Di Indonesia, pemerintah pada umumnya akan memberikan subsidi kepada barang kebutuhan pokok masyarakat, antara lain bahan bakar minyak (BBM) seperti Bensin. Dengan pemberian subsidi kepada konsumen, maka konsumen cenderung mengkonsumsi Bensin lebih banyak dibandingkan tanpa diberikan subsidi. Proses pengaruh dari pemberian subsidi Bensin ini terjadi di sepanjang satu kurva permintaan Bensin. Akan tetapi secara matematika proses itu melalui pergeseran sejajar ke sebelah kanan dari posisi awal dari kurva permintaan tersebut, yakni dari kurva permintaan d ke ds. Kejadiannya diilustrasikan sebagai berikut

Misalkan, data jumlah Bensin yang dibeli konsumen tanpa subsidi, pada berbagai tingkat harga, seperti berikut:
∆P=P2 - P1 
∆P=5.100 - 5000 
∆P=100. ∆ Q=Q2 - Q1
∆Q=4 - 5 
∆Q= - 1. 

b=∆ Q / ∆ P 
b= - 1/ 100. 

Pada P1=5000 dan Q1=5 kemudian b=-1 selanjutnya dihitung a, dengan rumus sebagai berikut: 
Q1 = a + b P1 
5 = a + (-1) 5000 
5 = a - 5000 
- a = - 5000 - 5 
a= 5005

Jadi fungsi permintaan bensin tanpa subsidi adalah sebagai berikut:
Q=a + b P Q=5005 - 1 P …….(I)

Bila pemerintah memberikan subsidi sebesar S=100 (Rp/liter), maka subsidi ini berpengaruh kepada permintaan Bensin dan menyebabkan fungsi permintaan bensin pun ikut berubah. Fungsi permintaan Bensin setelah pemberian subsidi, sebagai berikut:

Fungsi permintaan tanpa subsidi 
Q=5005 - 1 P 

Fungsi permintaan setelah subsidi 
Q=5005 - 1 P + S 
Q=5005 - 1 P + S 

dengan S=100 maka menjadi: Q=5005 - 1 P + 100 Q=5105 - 1P ………(II)

Skedul Permintaan bensin setelah subsidi, sebagai berikut:
Pada P = Rp 5000 
Maka 
Q = 5105 - 1P 
Q = 5105 - 5000 
Q = 105 

Pada P = Rp 5100 
Maka 
Q = 5105 - 1P 
Q= 5105 – 5100 
Q= 5

Skedul Permintaan bensin tanpa dan setelah subsidi, adalah:

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis pemberian subsidi terhadap Bensin di atas, adalah jumlah permintaan Bensin dari konsumen bertambah besar pada setiap tingkatan harga. Selanjutnya, deskripsi pengaruh pemberian subsidi dengan menggu nakan kurva permintaan, nampak sebagai berikut.

Gambar 24. Efek Kebijakan Subsidi Terhadap Permintaan Barang

(2) Permintaan Barang – Kebijakan Pajak Per unit 
Kebijakan pajak per unit mempengaruhi permintaan suatu barang, dan jika pemerintah mengenakan pajak terhadap per unit barang maka konsumen akan mengurangi permintaannya karena harga per unit barang ini mengalami kenaikan. Proses terjadinya penurunan jumlah barang yang diminta, akibat kenaikan harga per unit barang, terjadi di sepanjang satu kurva permintaan.

Produk yang dikenakan pajak per unit oleh pemerintah di Indonesia, antara lain per bungkus rokok. Dengan pengenaan pajak per unit kepada konsumen Rokok tersebut, maka konsumen cenderung mengurangi permintaan Rokoknya dibandingkan tanpa dikenakan pajak per unit. Proses pergerakan dari pengaruh pengenaan pajak per unit atas rokok ini, adalah secara matematika kurva permintaan Rokok dari konsumen sementara akan bergeser sejajar ke sebelah kanan dari posisi awal. Dengan proses itu, akan dapat ditentukan penurunan jumlah rokok yang akan diminta. Ilustrasi kejadian tersebut dapat iikuti berdasarkan analisis berikut. Misalkan, data jumlah Rokok yang dibeli konsumen tanpa pajak per unit, pada berbagai tingkat harga, seperti berikut:


Bila dihitung fungsi permintaannya dengan fungsi garis lurus, maka hasilnya sebagai berikut:

∆P=P2 - P1 
∆P=5.100 - 5000 
∆P=100. 

∆Q= Q2 - Q1 
∆Q=5 - 105 
∆Q= -100.

b=∆ Q / ∆ P 
b=- 100/ 100= -1

Pada: P1= 5100 dan Q1=5 kemudian b=-1 selanjutnya dihitung a, dengan rumus sebagai berikut:
Q1=a+b P1 
5=a+(-1) 5100

5 = a - 5100 
-a = -5100 - 5 
a = 5105

Jadi fungsi permintaan bensin tanpa pajak per unit adalah sebagai berikut:
Q=a+b P 
Q=5105 - 1 P ……….(I)

Bila pemerintah mengenakan pajak per unit sebesar t=100 (Rp/bks), maka pajak per unit ini berpengaruh kepada permintaan Rokok dan menyebabkan fungsi permintaan Rokok pun ikut berubah. 

Fungsi permintaan Rokok setelah pajak per unit, sebagai berikut: Fungsi permintaan tanpa pajak/unit: 
Q=5005 - 1 P

Fungsi permintaan setelah pajak/unit : 
Q=5005 -1 P - t 
Q=5105 -1 P - t 

dengan t=100 maka menjadi: 
Q=5105-1 P-100 
Q=5005-1P …………..(II)

Skedul Permintaan Rokok setelah pajak per unit, sebagai berikut:
Pada 
P=Rp 5000 
Q=5005 - 1P 
Q=5005 - 5000 
Q=5 

Pada 
P=Rp 5100 
Q=5005 - 1P 
Q=5005 - 5100 
Q=- 95

Gambar 25. Efek Kebijakan Pajak Terhadap Permintaan Barang

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis di atas, adalah “jumlah” permintaan Rokok mengalami penurunan yang drastis pada setiap harga di sepanjang kurva permintaan “d” saja. Selanjutnya, deskripsi pengaruh pemberian pajak per unit menggunakan kurva permintaan, nampak pada Gambar 25.

Skedul Permintaan Rokok tanpa dan setelah pajak per unit, adalah:

(3) Permintaan Pasar Barang – Kebijakan Publik 
Kebijakan publik sering diterapkan terhadap suatu kegiatan industri oleh pemerintah, dalam bentuk peringatan pemerintah yang ditujukan kepada masyarakat dalam mengkonsumsi suatu produk. Pemerintah disini nampaknya lebih banyak bersifat mengingatkan dan memberikan informasi positif, tentang kemungkinan terjadinya dampak buruk dari mengkonsumsi suatu produk. Contoh, merokok dikatakan dapat menyebabkan kanker dan sebagainya. Dampak dari kebijakan publik ini, diarahkan agar masyarakat perokok mau mengurangi konsumsi rokoknya. 

Kebijakan ini dapat mempengaruhi permintaan akan rokok dan proses ini ditunjukkan melalui pergeseran kurva permintaannya. Penjelasan atas pengaruh kebijakan publik seperti itu, dapat diikuti melalui uraian berikut. 
Dampak kebijakan publik dibandingkan kebijakan subsidi dan pajak per unit adalah berbeda satu sama lain. Pada kebijakan publik yang mengalami perubahan adalah pada “permintaan” barang. Artinya, terjadinya perubahan (naik/turun) jumlah Gambar 25. Efek Kebijakan Pajak Terhadap Permintaan Barang Harga (Rp/lt) Q = 5005 - 1P dt 5100 Q = 5105 - 1 P d 5000 0 5 105 Jumlah (bks/hr) Efeknya “Jumlah” Permintaan Turun Akibat Pajak/Unit Keterangan: d=kurva permintaan rokok tanpa pajak/unit dt = kurva permintaan rokok dengan pajak unit. Dampak pajak/unit: “Jumlah” permintaan rokok turun, karena harga rokok naik , dan proses terjadinya di sepanjang kurva permintaan “d”. permintaan barang, akibat pergeseran sejajar dari kurva permintaan barang konsumen. Sedangkan, pada kebijakan subsidi dan pajak per unit, yang mengalami perubahan adalah “jumlah permintaan” barang. Disini berarti, terjadinya perubahan (naik/turun) jumlah permintaan barang, akibat pergeseran di sepanjang satu kurva permintaan barang dari konsumen. 

Gambar 26. Efek Kebijakan Publik Terhadap Permintaan Barang

Oleh karena itu, dalam upaya lebih memahami analisis ini, perlu penguasaan materi tentang perbedaan tersebut lebih mendalam, agar nantinya dapat diterapkan dalam berbagai kebijakan ekonomi terkait dengan pajak dan subsidi dan kebijakan publik.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel