Pengantar Ekonomi: Fungsi Tabungan dan Konsumsi - Vorzil

Pengantar Ekonomi: Fungsi Tabungan dan Konsumsi

Materi Kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi - Roliyan.com

Dalam perekonomian tertutup yang sederhana, pengeluaran masyarakat seluruhnya pada tiap tahunnya atau pada tiap satuan waktunya, akan terdiri daripada pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga dan pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga dan pengeluaran untuk investasi. Pengeluaran total daripada masyarakat termaksud, sekaligus merupakan pendapatan daripada masyarakat itu juga. Oleh karena itu, dapatlah dikatakan bahwa pendapatan nasional dalam perekonomian tertutup yang sederhana terdiri daripada pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga dan pengeluaran untuk investasi. Dengan cara yang lebih singkat, pernyataan tersebut dapat kita tulis:

Y = C + I

Dimana Y menunjukkan besarnya pendapatan nasional per tahunnya, C menunjukkan besarnya konsumsi rumah tangga per tahun dan I menunjukkan besarnya investasi per tahun.

1. Fungsi Konsumsi 

Sebenarnya banyak sekali faktor-faktor yang turut menentukan besarnya konsumsi, namun dalam model yang kita pakai kita menggunakan asumsi bahwa besar kecilnya konsumsi tergantung kepada besar kecilnya pendapatan nasional. Hubungan antara besarnya konsumsi dengan besarnya pendapatan nasional dapat kita lihat dari bentuk fungsi konsumsinya itu sendiri. Dalam bentuknya yang umum, fungsi konsumsi yang berbentuk garis lurus mempunyai persamaan:

C = a + bY 

dimana a menunjukkan besarnya konsumsi pada pendapatan nasional sebesar nol, sedangkan b menunjukkan besarnya marginal propensity to consume. Marginal propensity to consume adalah angka perbandingan antara besarnya perubahan konsumsi dengan besarnya perubahan pendapatan nasional yang mengakibatkan adanya perubahan konsumsi termaksud. Dalam bentuk persamaan, definisi tersebut dapat kita ungkapkan:

MPC = ΔC / ΔY 

dimana MPC merupakan singkatan daripada marginal propensity to consume,ΔC menunjukkan besarnya perubahan konsumsi, dan ΔY menunjukkan besarnya perubahan dalam pendapatan nasional yang mengakibatkan perubahan besarnya konsumsi termaksud.

Seperti telah disebutkan di atas, kadang-kadang kita dihadapkan kepada persoalan mengenai bagaimana caranya kita dapat menemukan persamaan garis suatu fungsi konsumsi. Kalau kita mengetahui besarnya konsumsi pada dua tingkat pendapatan nasional yang berbeda, maka selama fungsi konsumsi mempunyai bentuk persamaan garis lurus dengan menggunakan formula di bawah ini kita akan dapat menemukan persamaan fungsinya. Adapun formula tersebut ialah :

C = (APCn – MPC) Yn+ MPC .Y 

Dimana APCn menunjukkan besarnya average propensity to consume pada tingkat pendapatan nasionalsebesar ―n‖. Yang dimaksud dengan average propensity to consume ialah perbandingan antara besarnya konsumsi pada suatu tingkat pendapatan nasional dengan besarnya tingkat pendapatan nasional itu sendiri. Jadi average propensity to consume pada pendapatan n sama dengan besarnya konsumsi pada pendapatan sebesar n dibagi dengan tingkat pendapatan nasional sebesar n. Kalau dinyatakan dalam bentuk persamaan yang berlaku umum:

APC = Cn/Yn

Adapun pembuktian perumusan di atas adalah seperti berikut:

Gambar 13. Menemukan fungsi konsumsi

Dari gambar 13 diperoleh:
a = Yn – MPC.Yn – (Yn – APCnYn)
= Yn – MPC.Yn – Yn + APCnYn
= APCnYn – MPC.Yn
a = (APCn – MPC).Yn

Oleh karena perumusan unum pada fungsi konsumsi adalah C = a bY atau C = a + MPC.Y, maka perumusan kembali dari fungsi komsumsi ini adalah:

C = (APCn – MPC) Yn + MPC.Y 

Contoh di bawah ini menunjukkan bagaimana caranya menggunakan formula di atas.

Contoh : Menemukan fungsi konsumsi
Diketahui:
(a) Pada tingkat pendapatan nasional per tahunnya sebesar Rp. 100 milyar, besarnya konsumsi sebesar Rp. 95 milyar per tahun.
(b) Pada tingkat pendapatan nasional sebesar Rp. 120 milyar per tahun, besarnya konsumsi per tahunnya Rp. 110 milyar.

Soal:
a) Carilah fungsi konsumsinya!
(b) Break-even point tercapai pada tingkat pendapatan nasional sebesar berapa?

Jawab:

Dengan menggunakan fngsi konsumsi, maka:
C = (APCn – MPC) Yn + MPC.Y
C = (0,95 – 0,75).100 + 0,75Y
C = 20 + 0,75Y

(b) Tingkat pendapatan pendapatan break-even (break-even level of income), yaitu tingkat pendapatan dimana besarnya pendapatan sama dengan besarnya pengeluaran untuk konsumsi.
Jadi:
Y = C atau Y – C = 0
Y – (20 + 0,75Y) = 0
Y – 20 – 0,75Y = 0
0,25Y = 20
Y = 80 milyar rupiah

Kesimpulan:
(a) Persamaan fungsi konsumsi dalam satuan waktu satu tahun =
C = 0,75Y + 20
(b) Tingkat pendapatan break-even = Rp 80 milyar per tahun.

2. Fungsi Tabungan 

Tabungan atau penabungan dapat didefinsikan sebagai bagian daripada pendapatan nasional per tahunnya yang tidak dikonsumsi. Dengan menggunakan singkatan dapat kita tulis:

S = Y – C 

Kalau persamaan diatas kita hubungkan dangan persamaan umum fungsi konsumsi, kita akan menemukan persamaan umum daripada fungsi tabungan.
S = Y – C
C = a + bY
Maka
S = Y – (a + bY)
= Y – a – bY

S = (1 – b) Y – a

Contoh: Menemukan fungsi tabungan.
Diketahui:
Fungsi konsumsi suatu masyarakat mempunyai persamaan:
C = 20 + 0,75 Y

Soal : Berdasarkan data di atas, hitung dan gambarkanlah fungsi tabungan pada masyarakat tersebut!

Jawab :
Dengan menggunakan perumusan:
S = (1 – b) Y – a
S = (1 – 0,75) Y – 20
S = 0,25 Y – 20

Gambarnya adalah seperti di bawah ini.

Gambar 14. Fungsi konsumsi dan fungsi tabungan
Kalau fungsi konsumsi mengenal marginal propensity to consume dan average propensity to consume, fungsi tabungan juga mengenal marginal propensity to save dan average propensity to save. Yang dimaksud dengan marginal propensity to save adalah perbandingan antara bertambahnya tabungan dengan bertambahnya pendapatan nasional yang mengakibatkan bertambahnya tabungan tersebut. Oleh karena itu perumusannya ialah:

MPS = ∆S / ∆Y

Untuk fungsi tabungan berbentuk garis lurus besarnya marginal propensity to save pada semua tingkat pendapatan nasional adalah sama.

Yang dimaksud dengan average propensity to consume adalah perbandingan antara besarnya besarnya tabungan pada suatu tingkat pendapatan nasional dengan besarnya pendapatan nasional bersangkutan.

Jadi formulanya:
APSn = Sn / Yn

Perlu diperhatikan bahwa untuk fungsi konsumsi berbentuk garis lurus fungsi tabungannya pun akan berbentuk garis lurus juga. Untuk fungsi tabungan garis lurus ini, besarnya average propensity to save berbeda-beda tergantung pada tinggirendahnya pendapatan nasional. Semakin tinggi tingkat pendapatan nasional, semakin besar pula average propensity to save-nya. Pada tingkat-tingkat pendapatan nasional break-even, angka average propensity to save mempunyai tanda negatif. Sebaliknya, pada tingkat-tingkat pendapatan nasional break-even, average propensity to save angkanya akan selalu positif. Sedangkan pada tingkat pendapatan break-even, angka average propensity to save-nya akan sama dengan nol, oleh karena, seperti di atas telah kita terangkan, yang dimaksud dengan tingkat pendapatan break-even ialah tingkat pendapatan nasional dimana seluruh pendapatan digunakan untuk konsumsi, yang berarti bahwa pada tingkat pendapatan break-even besarnya tabungan sama dengan nol.

3. HUBUNGAN ANTARA MPC DENGAN MPS, APC DENGAN APS 

Hubungan antara marginal propensity to consume dengan marginal propensity to save dapat kita nyatakan sebagai berikut.
MPC + MPS = 1

Atau dengan cara lain:
MPC= 1 – MPS
MPS = 1 – MPC

Pembuktian dari perumusan tersebut adalah sebagai berikut:
Y = C + S

Maka:
∆Y = ∆C + ∆S

Kalau ruas kanan dan ruas kiri masing-masing dibagi dengan ∆Y, maka hasilnya:

Hubungan antara average propensity to consume dengan average propensity to save adalah mirip dengan hubungan antara marginal propensity to consume dengan marginal propensity to save, yaitu:
APCn = APSn + 1

atau
APCn = 1 – APSn
APSn = 1 – APCn

pembuktiannya adalah:
Y = C + S
ini berarti:Yn = Cn + Sn

Kalau ruas kanan dan ruas kiri masing-masing dibagi dengan Yn, maka hasilnya:

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel